Senin, 22 Februari 2016

Abu Hatim Ar-Razi Suri Teladan Dalam Menuntut Ilmu Syar’i.

Bsmillaah..
Sebelum membahas biografi beliau dan kisahnya mari kita simak pembuka kisah beliau mengenai tekadnya yang kuat beliau menuntut ilmu syar’i dalam kitab al jarhu wa ta’dil terlebih dahulu, Adalah Imam Abu Hatim Ar-Razi Rahimahullah berkata : “Saya tinggal di Bashrah selama delapan bulan pada tahun 241 H. Didalam hati saya ingin tinggal selama setahun (agar bisa berlajar ilmu lagi), tetapi saya kehabisan nafkah. Maka saya menjual pakaian – pakaian saya sedikit demi sedikit, sampai saya betul – betul tidak memiliki nafkah lagi.” [Al-Jarh wa Ta’dil (hal 363), Ibnu Abi Hatim]
Imam Abu Hatim Ar-Razi Rahimahullah juga bercerita : “Kami berada di Mesir selama tujuh bulan dan tidak pernah merasakan kuah makanan (karena sibuk untuk belajar sehingga tidak ada waktu untuk memasak makanan yang berkuah). Siang hari kami berkeliling ke para Masyaikh (guru) dan malam hari kami gunakan untuk menulis dan mengoreksi catatan kami.
Suatu hari, saya bersama seorang teman mendatangi salah seorang Syaikh. Dikabarkan kepada kami bahwa beliau sedang sakit. Kami pulang melewati sebuah pasar dan tertarik pada ikan yang sedang dijual. Kami membelinya. Setelah sampai dirumah, ternyata waktu kajian untuk Syaikh yang lain sudah tiba. Maka kamipun segera pergi ke sana (dan meninggalkan ikan tersebut dengan harapan bisa dimasak dilain waktu).
Lebih dari tiga hari ikan tersebut belum sempat dimasak karena kesibukan menuntut ilmu, hingga hampir busuk. Kami memakan nya mentah – mentah karena tidak punya waktu untuk menggorengnya. “Ilmu itu tidak akan bisa diraih dengan badan yang santai.” [Al-Jarh wa Ta’dil (1/5), Ibnu Abi Hatim]. Sungguh jauh dari kesan penuntut ilmu dizaman sekarang kita ini, yang mana perut-perut penuntut ilmu dizaman kita sekarang lebih sering kenyang, namun jika dibandingkan dengan para ulama zaman dahulu baik segi keimanan ,keilmuan maupun perjuangan mereka dalam menuntut ilmu syar’i bagaikan Langit dan Sumur, yakni sangat jauh sekali kualitas kita jika dibandingkan dengan para ulama pendahulu kita, para ulama pada zaman dahulu rela mengkorbankan nyawa mereka demi satu dua butir hadits, betapa besarnya kecintaan mereka terhadap Ilmu Syar’i, Ilmu yang diatas Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Ya Allah,, Semoga Rabbul ‘Alamin menempatkan beliau Abu Hatim Ar-Razi ke syurgaNya yang paling tinggi, amin. Nama dan nasab beliau
Beliau adalah Muhammad bin Idris bin al-Mundzir bin Daud bin Mihron. Beliau mendapat julukan al-Imam, al-Hafidh, ahli hadis dan julukan lainnya.
Kelahiran Beliau
Beliau lahir pada tahun seratus sembilan puluh lima hijriah (195 H)
Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Beliau rahimahullah berkata: “Aku menghitung panjangnya perjalanku dalam mencari hadis, lebih dari tiga ribu mil, aku berjalan berkali-laki dari Makkah ke Madinah, dari Bahrain menuju Mesir, dari Mesir ke Ramlah, dari Ramlah ke Baitul Maqdis dan ke Thabariah, dari Thabariyah menuju Damaskus, dari Damaskus menuju Himsha, dari Himsha menuju Anthakiya, dari anthakiya menuju Thursus, dari thursus kembali ke Himsha untuk mengambil hadis yang masih tertinggal dari hadis Abil Yaman, setelah aku mendengar hadis tersebut maka aku keluar dari Himsha menuju ke Bisan, dari Bisan menuju Rukoh, dari Rukoh aku menyeberangi sungai Efrat menuju Bagdad, akupun keluar (darinya) sebelum keluar dari Syam melalui Daerah Washitin, Dari Washitin menuju Kufah, semua itu aku lalui dengan berjalan kaki, dan ini adalah perjalan pertamaku dalam mencari hadis, sedangkan umurku pada waktu itu dua puluh tahun, aku berkeliling (mencari hadis) selama tujuh tahun”.
Kisah kesabaran beliau dalam menuntut ilmu
Beliau menceritakan tentang dirinya, beliau berkata: [i/]“Aku tinggal di Bashroh pada tahun 214 H selama delapan bulan, sebenarnya aku berniat tinggal padanya selama satu tahun, lalu habislah perbekalanku, maka akupun menjual bajuku yang aku pakai, helai demi helai. (setiap hari -red) Aku dan temanku berkeliling mendatangi para Syaikh(ulama), mendengarkan dari mereka (hadis -red) hingga sore hari, setelah temanku kembali kerumahnya, akupun kembali ke rumahku dengan tangan kosong (tanpa membawa makanan), akupun minum air untuk menghilangkan rasa lapar, keesokan harinya aku berkeliling kembali bersama temanku untuk mendengarkan hadis, sedangkan aku dalam keadaan sangat lapar, (seperti biasa -red) dia pulang ke rumahnya dan akupun pulang, sedangkan aku dalam keadaan lapar. Pada keesokan harinya dia datang kepadaku di waktu pagi dan berkata: “Ayo, berangkat bersama kami mendatangi Syeikh, maka aku menjawab: “Badanku sangat lemah”, dia bertanya: “Apa yang membuat badanmu menjadi lemah?”, aku menjawab: “Aku tidak bisa menyembunyikan kondisiku ini kepadamu, sungguh aku belum makan sejak beberapa hari. Maka dia berkata: “aku mempunyai sisa uang satu dinar, aku akan memberimu setengah dinar dan setengahnya kau gunakan untuk membayar sewa. Setelah itu kami pergi meninggalkan kota Bashrah.
Pujian ulama kepadanya
Tidak diragukan lagi bahwa Abu Hatim ar-Razi adalah seorang ulama besar yang mengorbankan jiwa dan hartanya dalam mencari hadis, tidak heran jika banyak pujian para ulama kepadanya. Diantara pujian ulama kepadanya adalah apa yang dikatakan oleh al-Hafidh Abdurahman bin Hirasy, dia berkata: “Abu Hatim adalah seorang yang amanah dan berpengetahuan luas (berilmu -red). Abul Qosim berkata: “Abu Hatim adalah seorang imam, hafidh, yang kuat(riwayatnya). Al-Khatib berkata: "Abu Hatim adalah salah satu dari para imam, al- Hafidh, yang kuat(hafalannya)...dia mulai mendengarkan hadis pada tahun dua ratus sembilan hijriyah (209 H). Al-Khalil berkata: "Abu Hatim adalah orang yang mengetahui tentang perselisihan Shahabat, dan fikih Tabi'in, serta orang-orang yang setelahnya, aku mendengar kakekku dan beberapa orang selain beliau bahwa mereka mendengar Ali bin Ibrahim al-Qothani berkata: "Aku belum pernah melihat seseorang seperti Abu Hatim, maka kami berkata kepadanya: "Bukankah engkau telah melihat Ibrahim al-Harbi dan Ismail al-Qadhi, maka dia berkata: "Aku tidak melihat (mereka) lebih sempurna dari Abu Hatim, dan tidak juga lebih mulia darinya".
Karya tulis beliau
Beliau mempunyai banyak karya tulis, diantaranya adalah: 1.Tentang kesalahan imam Bukhari pada tarikhnya. 2.Kitab ‘Ilal Hadis. 3.Kitab Adab Syafi’i dan Manakibnya. 4.Kitab al-Jarhu Wa Ta’dil. 5.Kitab Marasil. 6.Kitab Tafir.
Wafat beliau
Berkata Abul Husain bin al-Munadi: “Al-Hafidh Abu Hatim meninggal pada bulan sya’ban pada tahun 277 H”. Diriwayatkan bahwa beliau hidup selama delapan puluh tiga tahun.
[Sumber: Diterjemahkan dan diposting oleh Sufiyani dengan sedikit penambahan dan pengurangan dari kitab Siyar A'lami Nubala jilid 13/247, kitab Siarus Salafis Shalihin jilid 4/1228, dan al-Maktabah asy-Syamilah]
Bisa juga download Mp3 Kajian Ustadz Abdul Hakim Amir Abdat -Hafidzahullah-, dengan tema kajian _KEUTAMAAN ILMU SYAR’I/ILMU AGAMA_ Pada menit ke 46:00, disitu diceritakan secara menyentuh kisah lengkap kecintaan Abu Hatim Ar Razi -Rahimahullah- dalam menuntut ilmu syar’i. Bisa langsung di download di http://www.radiorodja.com/2015/01/0...
Semoga Bermanfaat.
Tulungaggung Senin 11/01/2016

Tas Siswi SMA ini, Membuat Menangis Siapa Saja yang Membacanya

Pihak sekolah SMA Putri di kota Shan’a’ yang merupakan ibu kota Yaman menetapkan kebijakan adanya pemeriksaan mendadak bagi seluruh siswi di dalam kelas. Sebagaimana yang ditegaskan oleh salah seorang pegawai sekolah bahwa tentunya pemeriksaan itu bertujuan merazia barang-barang yang di larang di bawa ke dalam sekolah, seperti : telepon genggam yang di lengkapi dengan kamera, foto-foto, surat-surat, alat-alat kecantikan dan lain sebagainya. Yang mana seharusnya memang sebuah lembaga pendidikan sebagai pusat ilmu bukan untuk hal-hal yang tidak baik..
Lantas pihak sekolah pun melakukan sweeping di seluruh kelas dengan penuh semangat. Mereka keluar kelas, masuk kelas lain.
Sementara tas para siswi terbuka di hadapan mereka. Tas-tas tersebut tidak berisi apapun melainkan beberapa buku, pulpen, dan peralatan sekolah lainnya..
Semua kelas sudah dirazia, hanya tersisa satu kelas saja. Dimana kelas tersebut terdapat seorang siswi yang menceritakan kisah ini. Apa gerangan yang terjadi ?!
Seperti biasa, dengan penuh percaya diri tim pemeriksa masuk ke dalam kelas. Mereka lantas meminta izin untuk memeriksa tas sekolah para siswi di sana. Pemeriksaan pun di mulai..
Di salah satu sudut kelas ada seorang siswi yang di kenal sangat tertutup dan pemalu. Ia juga di kenal sebagai seorang siswi yang berakhlak sopan dan santun. Ia tidak suka berbaur dengan siswi-siswi lainnya, ia suka menyendiri, padahal ia sangat pintar dan menonjol dalam belajar..
Ia memandang tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan, sementara tangannya berada di dalam tas miliknya !Semakin dekat gilirannya untuk di periksa, semakin tampak raut takut pada wajahnya.
Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut dalam tasnya ?!
Tidak lama kemudian tibalah gilirannya untuk di periksa..
Dia memegangi tasnya dengan kuat, seolah mengatakan demi Allah kalian tidak boleh membukanya !
Kini giliran di periksa, dan dari sinilah di mulai kisahnya…
“Buka tasmu wahai putriku..”
Siswi tersebut memandangi pemeriksa dengan pandangan sedih, ia pun kini telah meletakkan tasnya dalam pelukan..
“Berikan tasmu..”
Ia menoleh dan menjerit, “Tidak…tidak…tidak..”
Perdebatan pun terjadi sangat tajam..
“Berikan tasmu..” …
“Tidak..”
“Berikan..”
“Tidak..”
Apakah sebenarnya yang membuat siswi tersebut menolak untuk dilakukan pemeriksaan pada tasnya ?!
Apa sebenarnya yang ada dalam tas miliknya dan takut dipergoki oleh tim pemeriksa ?!
Keributan pun terjadi dan tangan mereka saling berebut. Sementara tas tersebut masih di pegang erat dan para guru belum berhasil merampas tas dari tangan siswi tersebut karena ia memeluknya dengan penuh kegilaan !
Spontan saja siswi itu menangis sejadi-jadinya. Siswi-siswi lain terkejut. Mereka melotot. Para guru yang mengenalnya sebagai seorang siswi yang pintar dan disiplin (bukan siswi yang amburadul), mereka terkejut melihat kejadian tersebut..
Tempat itu pun berubah menjadi hening..
Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi dan apa gerangan yang ada di dalam tas siswi tersebut. Apakah mungkin siswi tersebut…. ??
Setelah berdiskusi ringan, tim pemeriksa sepakat untuk membawa siswi tersebut ke kantor sekolah, dengan syarat jangan sampai perhatian mereka berpaling dari siswi tersebut supaya ia tidak dapat melemparkan sesuatu dari dalam tasnya sehingga bisa terbebas begitu saja..
Mereka pun membawa siswi tersebut dengan penjagaan yang ketat dari tim dan para guru serta sebagian siswi lainnya. Siswi tersebut kini masuk ke ruangan kantor sekolah, sementara air matanya mengalir seperti hujan.. Siswi tersebut memperhatikan orang-orang disekitarnya dengan penuh kebencian, karena mereka akan mempermalukannya di depan umum !
Karena perilakunya selama satu tahun ini baik dan tidak pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka kepala sekolah menenangkan hadirin dan memerintahkan para siswi lainnya agar membubarkan diri. Dan dengan penuh santun, kepala sekolah juga memohon agar para guru meninggalkan ruangannya sehingga yang tersisa hanya para tim pemeriksa saja..
Kepala sekolah berusaha menenangkan siswi malang tersebut. Lantas bertanya padanya, “Apa yang engkau sembunyikan wahai putriku..?”
Disini, dalam sekejap siswi tersebut simpati dengan kepala sekolah dan membuka tasnya ! Detik-detik yang menegangkan..
Ya Allah, apa sebenarnya benda tersebut ?
Coba tebak.. ?
Di dalam tas tersebut tidak ada benda-benda terlarang atau haram, atau telepon genggam atau foto-foto, demi Allah, itu semua tidak ada !
Tidak ada dalam tas itu melainkan sisa-sisa roti.. Yah, itulah yang ada dalam tas tersebut ! Setelah mengorek informasi dari siswi tersebut seputar roti itu..
Setelah merasa tenang, siswi itu berkata, “Sisa-sisa roti ini adalah sisa-sisa dari para siswi yang mereka buang di tanah, lalu aku kumpulkan untuk kemudian aku sarapan dengan sebagiannya dan membawa sisanya kepada keluargaku. Ibu dan saudari-saudariku di rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka santap di siang dan malam hari bila aku tidak membawakan untuk mereka sisa-sisa roti ini..
Kami adalah keluarga fakir yang tidak memiliki apa-apa. Kami tidak punya kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami..
Inilah yang membuat aku menolak untuk membuka tas, agar aku tidak dipermalukan di hadapan teman-temanku di kelas, yang mana mereka akan terus mencelaku di sekolah, sehingga kemungkinan hal tersebut menyebabkan aku tidak dapat lagi meneruskan pendidikanku karena rasa malu. Maka saya mohon maaf sekali kepada Anda semua atas perilaku saya yang tidak sopan..”
Saat itu juga semua yang hadir menangis sejadi-jadinya, bahkan tangisan mereka berlangsung lama di hadapan siswi yang mulia tersebut..
Maka tirai pun di tutup karena ada kejadian yang menyedihkan tersebut, dan kita berharap untuk tidak menyaksikannya..
Karenanya wahai saudara dan saudariku, ini adalah satu dari tragedi yang kemungkinan ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan dan desa kita sementara kita tidak mengetahuinya atau bahkan kita terkadang berpura-pura tidak mengenal mereka..
Wajib bagi seluruh sekolah dan pesantren untuk mendata kondisi ekonomi para santri-santrinya agar orang yang ingin membantu keluarga fakir miskin dapat mengenalinya dengan baik..
Kita memohon kepada Allah agar tidak menghinakan orang yang mulia dan memohon pada-Nya agar Dia selalu menjaga kaum Muslimin di setiap tempat..
| Sumber: Majalah Islam Internasional Qiblati | Kutip: dari Grup WA An-Nashihah..
Dipublikasikan kembali oleh: www.KisahIslam.net

Sakaratul Maut Paling Berkesan Milik Sang Pemuda Berbakti

Bismillah..

  Ini adalah kisah sakaratul maut yang begitu berkesan dari seorang pemuda yang begitu berbakti pada orang tuanya. Yang begitu mengagumkan kita, ketika ia ingin dipanggil oleh bidadari surga menjelang kematiannya, ia pun masih meminta izin pada ibunya.

Lihatlah, Bagaimana baktinya pemuda ini yang amat luar biasa?
 Sebuah kisah yang menggugah hati setiap insan beriman, tentang balasan nan indah bagi seorang anak yang berbakti kepada ibunya. Membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Bergetar lah hati setiap orang beriman yang menyaksikannya. Dalam salah satu khutbahnya, Syaikh Muhammad Hassan menceritakan tentang keajaiban yang dialami seorang pemuda saat detik-detik sakaratul maut menjemputnya. Tidak asing lagi bagi siapa pun yang mengenalnya bahwa ia adalah potret pemuda masa kini yang amat cinta dan berbakti kepada ibundanya. “Di antara keajaiban yang sampai kepadaku pada Ramadhan kali ini adalah kisah tentang seorang anak muda di antara anak-anak muda kita. Sesosok pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya terbaring di atas kasur kematian pada usia keemasannya, yang belum genap tiga puluh tahun. Dalam kegentingan akhir hayatnya itu, tatkala detik-detik sakaratul maut menjemputnya, orang-orang yang ada di sekelilingnya terheran-heran saat mendengar ia mengucapkan kalimat-kalimat yang sangat menakjubkan. Sungguh, sangat menakjubkan! “Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku.” Masih saja pemuda tersebut mengulang-ulang kalimat yang sama. Hingga membuat mereka yang menyaksikan fenomena itu bergegas memanggil ibunya, yang sedari awal menyendiri dalam kamarnya, menangis, lantaran tak kuasa melihat sang buah hati menghadapi sakaratul maut. Tidak lain karena sang buah hati adalah sosok suri tauladan yang amat berbakti kepada ibunya. Mereka pun mengabarkan apa yang sedang terjadi dengan anaknya. “Lihat lah anakmu, ia terus-menerus mengucapkan kalimat-kalimat yang aneh!!“ Mendengar hal itu, sontak sang ibu yang cemas berlari menuju kamar anaknya. Didapatinya dahi sang anak mulai mengeluarkan buliran-buliran keringat bak mutiara. Dan ini adalah sebagian di antara tanda-tanda husnul khotimah -semoga Allah Ta’ala mewafatkan kita dalam keadaan beriman-. Ia dengarkan sendiri kalimat yang terus diulang-ulang oleh buah hatinya. “Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku.” Segera ia dekati buah hatinya. Dan Subhanallah, ia segera bertanya kepada anak kesayangannya, “Wahai fulan, ini aku, ibumu. Wahai fulan, aku ibumu, Nak. Aku ibumu, anakku. Dengan siapa kau bicara?” Ketika ajal yang kian dekat, di saat waktu yang demikian singkat itu, akhirnya sang pemuda shalih ini menceritakan peristiwa paling berkesan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya selama hidupnya. Ia pun menoleh kepada ibunya seraya berkata, “Wahai ibuku, seorang gadis sangat cantik jelita, Ibu. Belum pernah aku melihat gadis secantik itu. Ia datang kemari. Sungguh aku melihatnya persis di hadapanku. Ia datang melamarku untuk dirinya, Ibu. Aku bilang kepadanya, tidak. Aku tidak bisa sampai aku minta izin dulu kepada ibuku.” Maka sang ibu pun langsung menimpali, “Aku izinkan, anakku. Sungguh, dia adalah hurriyatun (bidadari) dari surga untukmu. Aku sudah izinkan, Nak.“ Sedemikian tinggi inikah derajatmu wahai pemuda? Hingga istrimu (di surga) datang kepadamu membawa kabar gembira, sementara dirimu masih ada di dunia? Jangan lah kalian kaget. Tidak perlu kalian semua heran, karena dalam kondisi seperti ini, seorang mukmin akan diperlihatkan tempat tinggalnya di surga dan di neraka. Ia akan melihat tempatnya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Bahkan ia akan melihat para malaikat-Nya. Ia benar-benar melihat malaikat dengan mata kepalanya. Ia pun akan mendengar sebuah bisyarah (kabar gembira). “Allah akan meneguhkan orang-orang beriman dengan kalimat tsabit (La ilaha Illa Allah) dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dan Allah akan menyesatkan orang-orang yang dzalim. Allah melakukan apa saja yang Ia kehendaki.”[Ibrahim: 27] Dan Maha Benar Allah Ta’ala yang berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang berkata Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka beristiqomah dengannya, maka para malaikat akan turun kepadanya seraya berkata, “Janganlah kalian takut.” Di mana kejadian itu? Di atas kasur ketika mereka akan meninggal, menurut salah satu pendapat. Atau tatkala mereka keluar dari alam kubur, sebagaimana pendapat yang lain dari para ulama tafsir. “Jangan lah kalian takut, dan jangan pula bersedih. Berbahagia lah kalian dengan surga yang telah dijanjikan untuk kalian.”[Fushilat: 30]
 _______

 Diterjemahkan dengan sedikit penyesuaian dari khutbah Syaikh Muhammad Hassan dalam video berikut,  
 https://www.youtube.com/watch?v=uOthKLB0BA0

 1 Shafar 1436, Madinah, Saudi Arabia
Ditulis oleh: Ganang Prihatmoko
 Artikel Muslim.Or.Id
 13 Jumadal Awwal 1437 H / February 22, 2016 
  Disusun oleh: Yusuuf Arifin.